Kerajaan Sriwijaya
Selamat Sore sob, saya kali ini akan mencoba untuk share ilmu
pengetahuan dan untuk menambah wawasan anda. Saya mencoba untuk
menuliskan artikel tentang kerajaan Sriwijaya. Bagi anda yang belum dapat pengetahuan
ataupun mencari tugas, saya sarankan untuk menyimak postingan berikut
ini.
Dalam bahasa Sansekertasri berarti “bercahaya” danwijaya berarti “kemenangan”. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok I-tsing menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7 yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang bertarikh 682.
KERAJAAN SRIWIJAYA
Dalam bahasa Sansekertasri berarti “bercahaya” danwijaya berarti “kemenangan”. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok I-tsing menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7 yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang bertarikh 682.
Sriwijaya (Srivijaya) adl kerajaan maritim yg kuat di pulau Sumatera dan
berpengaruh di Nusantara daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja Thailand
Semenanjung Malaya Sumatera Jawa Kalimantan dan Sulawesi.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahan mulai menyusut
dikarenakan beberapa peperangandiantara serangan dari raja Dharmawangsa dari
Jawa ditahun 990 dan tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa dari Koromandel
selanjut tahun 1183 Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Dan di
akhir masa kerajaan ini takluk di bawah kerajaan
Majapahit.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal dan kerajaan besar
Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20 kedua kerajaan
tersebut menjadi referensi olehkaum nasionalis utk menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dgn berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut
Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan
Pali kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebut
Zabaj dan Khmer menyebut Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan
keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yg berkaitan dgn Sriwijaya.
Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan
Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992
hingga 1993 Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di
Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi
Sumatra Selatan Indonesia). Namun Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya
terletak di provinsi Jambi sekarang yaitu pada kawasan sehiliran Batang Hari
antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi.
Pembentukan dan Pertumbuhan Kerajaaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim.
Negara ini tak memperluas kekuasaan diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara dgn
pengecualian berkontribusi utk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat.
Sekitar tahun 500 akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang
Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas tiga zona utama daerah ibukota muara yg
berpusatkan Palembang
lembah Sungai Musi yg berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah
muara saingan yg mampu menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi
kaya akan berbagai komoditas yg berharga utk pedagang Tiongkok Ibukota
diperintah secara langsung oleh penguasa sementara daerah pendukung tetap
diperintah oleh datu setempat.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya menjadikan Sriwijaya
mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi
ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad
ke-7 pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina
mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut
Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong di awal abad ke-8 berada di bawah kendali
Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasi atas Kamboja sampai raja Khmer
Jayawarman II pendiri imperium Khmer memutuskan hubungan dgn kerajaan di abad
yg sama.
DariPrasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta
Hyang Jayanasa Kerajaan Minanga takluk di bawah imperium Sriwijaya. Penguasaan
atas Malayu yg kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan.
BerdasarkanPrasasti Kota Kapur yg yg berangka tahun 682 dan ditemukan di
pulau Bangka Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian
selatan Sumatera pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan
bahwa Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer utk menghukum Bhumi Jawa yg
tak berbakti kepada Sriwijaya peristiwa ini bersamaan dgn runtuh Tarumanagara
di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yg kemungkinan besar akibat
serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur
perdagangan maritim di Selat Malaka Selat Sunda Laut China Selatan Laut Jawa
dan Selat Karimata.
Abad ke-7 orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera
yaitu Malayu dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan
Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa antara lain
Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan
pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan
berkuasa disana. Di abad ini pula Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi
bagian kerajaan. Di masa berikut Pan Pan dan Trambralinga yg terletak di
sebelah utara Langkasuka juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Di abad ke-9
wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera Sri Lanka Semenanjung Malaya
Jawa Barat Sulawesi Maluku Kalimantan dan Filipina. Dengan penguasaan tersebut
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yg hebat hingga abad ke-13.
Setelah Dharmasetu Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada
periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yg ekspansionis Samaratungga
tak melakukan ekspansi militer tetapi lbh memilih utk memperkuat penguasaan
Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinan ia membangun candi Borobudur di
Jawa Tengah yg selesai pada tahun 825.
Budha Vajrayana di Kerajaan Sriwijaya
Sebagaipusat pengajaran Budha Vajrayana Sriwijaya menarik banyak peziarah
dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara
lain pendeta dari Tiongkok I-tsing yg melakukan kunjungan ke Sumatera dalam
perjalanan studi di Universitas Nalanda India pada tahun 671 dan 695 serta di
abad ke-11 Atisha seorang sarjana Budha asal Benggala yg berperan dalam
mengembangkan Budha Vajrayana di Tibet. I-tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi
rumah bagi ribuan sarjana Budha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Pengunjung yg datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Relasi Kerajaan Sriwijaya dgn Kekuatan Regional
Dari catatan sejarah danbukti arkeologi dinyatakan bahwa pada abad ke-9
Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara antara lain Sumatera Jawa Semenanjung Malaya Kamboja dan Vietnam
Selatan . Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda menjadikan Sriwijaya
sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yg mengenakan
biaya atas tiap kapal yg lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaan sebagai
pelabuhan dan gudang perdagangan yg melayani pasar Tiongkok dan India.
Pada masa awalKerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya. Banyak
sejarawan mengklaim bahwa Chaiya di propinsi Surat Thani Thailand Selatan
sebagai ibu kota
terakhir kerajaan tersebut pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom
That yg bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya Chaiya terbagi menjadi
tiga kota yakni (Mueang) Chaiya Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dgn kerajaan Pala di Benggala dan sebuah
prasasti berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra mendedikasikan seorang
biara kepada Universitas Nalada Pala. Relasi dgn dinasti Chola di India selatan
cukup baik dan kemudian menjadi buruk setelah Rajendra Coladewa naik tahta dan
melakukan penyerangan di abad ke-11.
Minanga merupakan kekuatan pertama yg menjadi pesaing Sriwijaya yg akhir
dapat ditaklukkan pada abad ke-7. Kerajaan Melayu ini memiliki pertambangan
emas sebagai sumber ekonomi dan kata Swarnnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk
pada hal ini. Dan kemudian Kedah juga takluk dan menjadi daerah bawahan.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Pada paruh pertama abad ke-10 diantara kejatuhan dinasti Tang dan naik
dinasti Song perdagangan dgn luar negeri cukup marak terutama Fujian
kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong
kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari
perdagangan ini. Pada tahun 903 penulis Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dgn
kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khusus Bukit
Seguntang) Muara Jambi dan Kedah. Di tahun 902 Sriwijaya mengirimkan upeti ke
China. Dua tahun kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar
kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab
hal ini memberikan informasi bahwa pada masa-masa itu Sriwijaya sudah
berhubungan dgn Arab yg memungkinkan Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di
dalam kerajaan.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Rajendra Coladewa pada tahun 1025 raja Chola dari Koromandel India selatan
menaklukkan Kedah dan merampas dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan berhasil penaklukan Sriwijaya selama beberapa dekade
berikut keseluruh imperium Sriwijaya berada dalam pengaruh Rajendra Coladewa.
Meskipun demikian Rajendra Coladewa tetap memberikan peluang kepada raja-raja
yg ditaklukan utk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Setelah invasi
tersebut akhir mengakibatkan melemah hegemoni Sriwijaya dan kemudian beberapa
daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri dan kemudian muncul Kerajaan
Dharmasraya sebagai kekuatan baru dan kemudian mencaplok kawasan semenanjung
malaya dan sumatera termasuk Sriwijaya itu sendiri.
Istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1225 tak lagi identik dgn Sriwijaya
melainkan telah identik dgn Dharmasraya dimana pusat pemerintahan dari
San-fo-tsi telah berpindah jadi dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi
tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya yg sebelum merupakan
daerah bawahan dari Sriwijaya dan berbalik menguasai Sriwijaya beserta daerah
jajahan lainnya.
Antara tahun 1079 - 1088 kronik Tionghoa masih mencatat bahwaSan-fo-ts’i masih
mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang.
Dalam berita Cina yg berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi
pada tahun 1082 mengirim utusan dimana pada masa itu Cina di bawah pemerintahan
Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi
bawahan San-fo-tsi yg merupakan surat dari putri raja yg diserahi urusan negara
San-fo-tsi serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan rumbia dan 13 potong
pakaian. Dan kemudian dilanjutkan dgn pengiriman utusan selanjut di tahun 1088.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yg ditulis pada tahun 1178
Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan
yg sangat kuat dan kaya yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia
menemukan bahwa rakyat memeluk agama Budha dan Hindu sedangkan rakyat
San-fo-ts’i memeluk Budha dan memiliki 15 daerah bawahan yg meliputi; Pong-fong
(Pahang) Tong-ya-nong (Terengganu) Ling-ya-si-kia (Langkasuka) Kilantan
(Kelantan) Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang)
Ji-lo-t’ing (Cherating pantai timur semenanjung malaya) Ts’ien-mai (Semawe
pantai timur semenanjung malaya) Pa-t’a (Sungai Paka pantai timur semenanjung
malaya) Tan-ma-ling (Tambralingga Ligor selatan Thailand) Kia-lo-hi (Grahi
Chaiya sekarang selatan Thailand) Pa-lin-fong (Palembang) Kien-pi (Jambi)
Sin-t’o (Sunda) Lan-wu-li (Lamuri di Aceh) and Si-lan (Kamboja).
DalamKidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan juga disebut ‘Arya Damar’
sebagai bupati Palembang yg berjasa membantu Gajah Mada dalam menaklukkan Bali
pada tahun 1343 Prof. C.C. Berg menganggap identik dgn Adityawarman. Dan
kemudian pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di
Malayapura sesuai dgn manuskrip yg terdapat pada bagian belakang Arca
Amoghapasa. Kemudian dari Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yg kemungkinan
ditulis sebelum pada tahun 1377 juga terdapat kata-kata bumi palimbang.
Pada tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa melakukan suatu
ekspedisi dalam Pararaton disebut semacam ekspansi dan menaklukan bhumi malayu
yg dikenal dgn nama Ekspedisi Pamalayu yg kemudian Kertanagara raja Singhasari
menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa raja
Melayu di Dharmasraya seperti yg tersebut dalam Prasasti Padang Roco. Dan
selanjut pada tahun 1293 muncul Majapahit sebagai pengganti Singhasari dan
setelah Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi naik tahta memberikan tanggung jawab
kepada Adityawarman seorang peranakan Melayu dan Jawa utk kembali menaklukkan
Swarnnabhumi pada tahun 1339. Dan dimasa itu nama Sriwijaya sudah tak ada
disebut lagi tapi telah diganti dgn nama Palembang hal ini sesuai dgn Nagarakretagama
yg menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit.
Perdagangan Kerjaaan Sriwijaya
Dalam perdagangan Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara
India dan Tiongkok yakni dgn penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda.
Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kamper kayu
gaharu cengkeh pala kepulaga gading emas dan timah yg membuat raja Sriwijaya
sekaya raja-raja di India. Kekayaan yg melimpah ini telah memungkinkan
Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal di seluruh Asia Tenggara.
Pengaruh Budaya dan Agama Islam
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India pertama oleh budaya Hindu dan
kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di
Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama
Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui
perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Sehingga
secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu dan kebudayaan Melayu
di Nusantara.
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yg termahsyur sebagai bandar pusat
perdagangan di Asia Tenggara sekaligus sebagai pusat pembelajaran agama Budha
juga ramai dikunjungi pendatang dari Timur Tengah dan mulai dipengaruhi oleh
pedagang dan ulama muslim. Sehingga beberapa kerajaan yg semula merupakan
bagian dari Sriwijaya kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan
Islam di Sumatera kelak disaat melemah pengaruh Sriwijaya.
Pengaruh orang muslim Arab yg banyak berkunjung di Sriwijaya raja Sriwijaya
yg bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat
dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adl masyarakat sosial yg di dalam
terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja
Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Bahkan disalah satu
naskah surat adl ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) dgn
permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.
Warisan Sejarah Kemaharajaan Sriwijaya
Berdasarkan Hikayat Melayu pendiri Kesultanan Malaka mengaku sebagai
pangeran Palembang keturunan keluarga bangsawan Palembang dari trah Sriwijaya.
Hal ini menunjukkan bahwa pada abad ke-15 keagungan gengsi dan prestise
Sriwijaya tetap dihormati dan dijadikan sebagai sumber legitimasi politik bagi
penguasa di kawasan ini.
Nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai
kota dan nama ini telah melekat dgn kota Palembang dan Sumatera
Selatan.Universitas Sriwijaya yg didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan
Sriwijaya. Demikian pulaKodam Sriwijaya (unit komando militer) PT Pupuk
Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan)Sriwijaya Post (Surat kabar
harian di Palembang) Sriwijaya TV Sriwijaya Air (maskapai penerbangan) Stadion
Gelora Sriwijaya dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang) semua
dinamakan demikian utk menghormati memuliakan dan merayakan kegemilangan
kemaharajaan Sriwijaya.
Di samping Majapahit kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya
sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.Kegemilangan
Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah khusus
bagi penduduk kota Palembang provinsi Sumatera Selatan dan segenap bangsa
Melayu. Bagi penduduk Palembang keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi
seni budaya seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yg sama
juga berlaku bagi masyarakat Thailand Selatan yg menciptakan kembali tarian
Sevichai (Sriwijaya) yg berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Raja-raja Sriwijaya : Para Maharaja Sriwijaya
Tahun
|
Nama Raja
|
Ibukota
|
Catatan Sejarah
|
671
|
Dapunta Hyang Sri Jayanasa
|
Srivijaya
|
Catatan perjalanan I-tsing di tahun 671-685Prasasti
Kedukan Bukit (683) Talang Tuo (684) dan Kota Kapur Penaklukan Malayu
penaklukan Jawa
|
702
|
Sri IndravarmanChe-li-to-le-pa-mo
|
SrivijayaShih-li-fo-shih
|
Utusan ke Tiongkok 702-716 724Utusan ke Khalifah Muawiyah
I dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz
|
728
|
Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kong
|
SrivijayaShih-li-fo-shih
|
Utusan ke Tiongkok 728-742
|
743-760
|
Tidak ada berita pada periode ini
|
||
Pindah ke Jawa
|
Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya
|
||
760
|
Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
|
Jawa
|
Prasasti Ligor A menaklukkan Kamboja.
|
775
|
Dharanindra Sanggramadhananjaya
|
Jawa
|
Prasasti Candi Kalasan 778
|
782
|
Samaragrawira
|
Jawa
|
Prasasti Nalanda
|
792
|
Samaratungga
|
Jawa
|
Prasasti Karang Tengah tahun 824.825 menyelesaikan
pembangunan candi Borobudur
|
Kebangkitan Wangsa Sanjaya Rakai Pikatan
|
|||
835
|
Balaputradewa
|
SrivijayaSuwarnabhumi
|
Kehilangan kekuasaan di Jawa dan kembali ke
SrivijayaPrasasti Nalanda (860)
|
860-960
|
Tidak ada berita pada periode ini
|
||
960
|
Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Utusan ke Tiongkok 960 & 962
|
980
|
Hie-tche (Haji)
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Utusan ke Tiongkok 980 & 983
|
988
|
Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Utusan ke Tiongkok 988-992-1003990 Jawa menyerang
Srivijaya pembangunan kuil utk Kaisar China Prasasti Tanjore atau Prasasti Leiden
(1044) pemberian anugrah desa oleh raja-raja I
|
1008
|
Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Utusan ke Tiongkok 1008
|
1017
|
Sumatrabhumi
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Utusan ke Tiongkok 1017
|
1025
|
Sangramavijayottungga
|
SrivijayaSan-fo-ts’i
|
Diserang oleh Rajendra ColadewaPrasasti Chola pada candi
Rajaraja Tanjore
|
1028
|
Dibawah Dinasti Rajendra Coladewa dari Koromandel
|
||
1079
|
Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
|
PalembangPa-lin-fong
|
Utusan ke Tionkok 1079Memperbaiki candi Tien Ching di
Kuang Cho (dekat Kanton)
|
1100
|
Rajendra II
|
PalembangPa-lin-fong
|
|
1156
|
Rajendra III
|
PalembangPa-lin-fong
|
Piagam Larger Leyden Plates
|
1183
|
Dibawah Dinasti Mauli Kerajaan Melayu
|
||
1183-1286
|
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
|
Dharmasraya
|
Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand
|
1286-1293
|
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
|
Dharmasraya
|
Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntur
|
1293-1339
|
Tidak ada berita pada periode ini
|
||
1339
|
Palembang
|
Dibawah Dinasti Majapahit
|
|
1347
|
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra
Maulimali Warmadewa
|
Malayapura
|
Kembali dibawah Dinasti Mauli
|
1409
|
Penaklukan kembali oleh Majapahit sebagian dari bangsawan
pindah ke
Tumasik atau Malaka |
mantap bro ,,,
BalasHapus